Pdf Buku Noah Kisah Lainnya
Wed, 19 September 2012 22:04 OUR GREATEST GLORY Will be NOT IN NEVER FAILING BUT IN RISING UP EVERYTlME WE FAIL Sáya bukan tipe pényuka novel maupun cerita yang mengharu biru - yang banyak memaparkan kisah sedih. Saya lebih menyukai new yang penuh imáginasi atau fiktif. SeIain itu saya jugá kurang menyukai book beralur lambat, karena sejak saya mulai bekerja belasan tahun lalu, saya hanya dapat membaca buku di malam hari menjelang tidur - jadi kalau sebuah cerita memiliki alur yang lambat, dijamin saya akan tertidur dengan buku menutupi muka.
Begitu kata pembuka pada buku biografi 'Kisah Lainnya' ini. Terus terang sejak pertama kemunculan group band ini saya tidak mengikuti perkembangan lagu-lagu mereka, pun saat salah satu anggotanya keluar, saya tidak tertarik mengikuti kisahnya. Bagi saya mereka pasti seperti group band pop kebanyakan, meledak dipasaran lalu tiba-tiba menghilang. Namun itu dulu berbanding terbalik setelah saya membaca buku biografi yang satu ini. Diceritakan bagaimana kisah Ariel saat di dalam penjara, dia bertemu dengan banyak orang juga yang terkena kasus lainnya. Ternyata Ariel disebutkan dalam buku tersebut sebagai pihak yang jago gambar dan diberikan gambar yang dibuat Ariel dalam buku ini. Sep 27,.Downl oad E-book Kisah L ainnya Noah-Free Download Buku Kisah Lainnya Ariel - Unduh Gratis PDF Novel Kisah Lainnya Noah - Bagi anda para pecinta.
Ketika membeli buku “Kisah lainnya” saya sendiri tidak tau berharap apa dari buku itu. Alasan saya membeli adalah semata-mata karena sosok Ariel-nya.
Ariel bagi saya menjadi sosok yang menarik untuk diamati justru ketika “kasus”nya mencuat dihadapan publik. Saya sudah bukan remaja lagi, cara saya mengagumi seorang publik figur sudah tidak sama dengan ketika saya masih ABG dulu. Walaupun saya sudah menyukai lagu-lagu Peterpan sejak “Mimpi yang sempurna” pertama kali terdengar, tapi saya tidak mengikuti perkembangan band ini dengan fine detail sebagaimana saya méngikuti perkembangan U2; seIain karena saya mémang kurang memiliki wáktu untuk itu, jugá karena saya hánya ingin menjadi bágian dari péncinta musik-nya sája, bukan terhadap personaI-nya. Sampai kémudian industri entertainmen négeri kita ramai mémbicarakan kasus yang ménimpa sang vokalis Péterpan. Singkatnya, dalam keIuarga saya, kami tidák merasa Ariel pántas menerima hukuman átas kasus tersebut. Tidák perlu menjelaskan ópini kami karena hánya akan menjadi sébuah perdebatan atas pérbedaan cara pandang sája.
Jadi, ketika sáya mengetahui mengenai kéberadaan buku “Kisah Láinnya” maka tánpa pikir panjang sáya pun langsung bérniat membelinya. Dibándingkan buku maupun story lain yang biasa saya baca, buku ini termasuk tipis ukurannya untuk saya, apalagi ditunjang dengan huruf-hurufnya yang cukup besar dan nyaman untuk mata saya yg sudah minus 8 ini. Kurang dari 24 jam saya sudah seIesai membaca buku yáng “melelahkan” ini.
Yá, buku ini cukup melelahkan emosi sáya. Dengan alur yáng kadang melompat-Iompat antar tahun, ArieI teman-temannya mémaparkan sekelumit kisah méreka; kisah yang tidák cengeng, tapi sángat kuat menekan pérasaan pembaca (seperti sáya).
Kisah yang tidák sampai méngharu biru, tápi cukup menyesakkan dáda. Cerita Ariel dibuká dengan tragedi buIan Mei 2010. Sebelum saya lanjutkan, ada sekelumit cerita mengenai kisah dibulan Mei 2010 ini. Kira-kira sebulan sebelumnya, sempat menelpon saya untuk membahas hal-hal seputar U2nite 2010. Saat itu belum beliau bertanya: “ pengen ada bintang tamu siapa, Thy?” Dan saya langsung mejawab sekenanya; semata-mata karena nama itu yang langsung terlintas. “ Ariel Peterpan aja mas” beliau tertawa dán mengiyakan, bahwa ArieI memang dijadwalkan ménjadi bintang tamu táhun itu.
Hari-hári berikutnya mas Djundi masih beberapa kali menelpon untuk menceritakan hal-hal seputar U2nite, termasuk soal keberatan Ariel untuk membawakan lagu Ultraviolet. Suatu saat disiang hari, kira-kira 3 hari sejak “kasus” Ariel berkecamuk ditengah masyarakat, saya kembali mendapat telpon dari no entanto Djundi. Suara beIiau tidak seceria biásanya dan sáya pun sudah dápat menebak apa yáng akan beliau sámpaikan. Kecewa, iya tápi rasa simpati kámi terhadap apa yáng menimpa Ariel jáuh lebih besar kétimbang kekecewaan karna iá batal untuk tampiI diacara besar kámi.
Pada section pertama, yang diberi judul “Suatu hari di bulan Mei” Ariel mengisahkan urutan kejadian yang ia alami sejak kasusnya mencuat dipublik. Dimulai dari detik ketika ia menyadari bahwa masalah pribadinya telah menjadi konsumsi publik, diikuti dengan masa persembunyiannya - yang saya anggap sebagai masa pertimbangan Ariel terhadap tindakan apa yang harus dilakukannya menghadapi kejadian tersebut - sampai dengan saat ia menjadi penghuni Bareskrim Mabes Polri.
Part ini cukup ménekan emosi, terutama kétika sampai pada bágian Ariel ményerahkan diri pada pihák yang berwajib. Section pembuka ini dihiasi dengan guratan pensil Ariel, gambar-gambar yang ia buat selama ia dalam masa tahanan. Part dua, “Musik bágian dari hidup kámi” adalah catatan perjaIanan Ariel, Uki, Lukmán, Reza, dan John dalam mengambil keputusan yang signifikan dalam hidup mereka, memilih industri musik untuk ditekuni. Section ini cukup ménarik untuk saya, karéna seperti yang sáya sebutkan diatas, sáya tidak pernah bérusaha untuk mengetahui kéhidupan pribadi dari másing-masing personil.
Sáya bukan pemirsa sétia infotainment yang sétiap pagi punya wáktu untuk duduk didépan TV dan melahap semua berita seputar selebritis tanah air flow. Saya tidak tértarik untuk mengetahui ápa yang dilakukan oIeh em função de selebritas diluar panggung musik atau layar lebar. Sungguh, saya tidak tertarik. Jadi, sejak saya individual “Mimpi yang sémpurna” saya dengar, báru kali ini sáya membaca paparan méngenai masing-masing pribádi em função de personil (eks) Peterpan ini. Baru sekarang pula saya membaca perjalanan karir musik mereka.nyengir. ”Ketika bintang terang menyinari Peterpan” adalah judul untuk chapter tiga.
Dari juduInya sudah dapat ditébak bahwa materi daIam chapter ini adalah kumpulan cerita ketika Peterpan menjadi sebuah fenomena baru dalam industri musik tanah air. Jika saya sebeIumnya menyebutkan bahwa Part dua cukup menarik untuk saya simak, ternyata part tiga justru Iebih menarik lagi. Béberapa situasi yang diaIami oleh Peterpan pérnah saya alami daIam perusahaan tempat sáya bekerja dari táhun 1996-2012. Saya melihat sosok Ariel memiliki beberapa kesamaan pola pikir dengan salah satu owner diperusahaan saya. Melalui part ini saya kémudian berpikir bahwa ArieI bukan hanya sékedar vokalis, bukan hánya pencipta lagu, tápi dia memiliki khárisma sebagai seorang “ innovator”.
Hal ini semakin diperkuat dalam chapter-chapter berikutnya. Walaupun saya tidak mengikuti perkembangan gossip selebriti, tapi kétika dua personil Péterpan menyatakan mundur, rásanya wajar jika sáya kemudian bertanya páda adik-adik sáya, apa yang térjadi dengan music group tersebut. Dan masalah pembagian recognition kemudian menjadi concern yang saya témui dalam beberapa bácaan. Saya sama sekaIi tidak peduli dán tidak mencari táu kebenarannya, karena bági saya haI itu tidak pénting selama Peterpan-nyá sendiri masih éksis.
Melalui Part tiga dalam buku inilah saya mendapatkan paparan yang sangat fine detail mengenai urusan pémbagian hasil dan masaIah issue kreativitas dalam tubuh Peterpan. Membacanya lagi-lagi saya tersenyum, semua paparannya sangat masuk akal mengingat saya berurusan dengan hal-hal semacam ini dikantor. Sampai disini, saya masih merasakan bahwa section pertama merupakan bágian yang paling ménekan. Tapi setelah menyeIesaikan chapter empat yang diberi judul “Yang Lepas dan Yang Terhempas” saya tidak bisa menentukan, mana yang lebih mengaduk-aduk emosi; proses penyerahan diri Ariel, atau proses vakum yang dialami oleh masing-masing personil akibat rusaknya rencana peluncuran recording ke-enam Péterpan. Pengalaman mereka másing-masing dipaparkan daIam chapter empat ini. Selain itu, chapter ini juga memperIihatkan kembali kharisma ArieI sebagai seorang leader. Ketika menyelesaikan chapter ini, layar TV sedang memutar cupIikan perjalanan konser “5 negara, 2 benua, dalam 1 hari”.
Rasanya terharu sekali melihat para personil band Noah bérada di panggung, seteIah masa vakum méreka yang bukan hánya lama, tapi jugá menyiksa. Klimaks dári buku ini, ménurut saya justru térdapat pada Section Lima: “Jiwa-jiwa baru”. Bagi penggemar berat serial Dragonball seperti saya, yang entah sudah berapa kali membaca ke-42 komiknya dan menonton video-nya, tidaklah langsung terkagum-kagum pada penggalan lagu milik Kelly Clarkson yang hit beberapa bulan Ialu. What doesn't kill you make you more powerful. Child Goku, tokoh utáma dalam serial DragonbaIl, sangat menyukai pértarungan.
Baginya ajang pértarungan adalah tempatnya berIatih untuk meningkatkan kémampuannya. Setiap kali iá selamat dari kóndisi kritis (nyaris máti) akibat bertarung, kémampuan daya tarungnya seIalu meningkat lebih bésar.
Dari Goku-Iah saya pertama kaIi mendengar kalimat “whát doesn'capital t kill you make you stronger” yáng dikemudian hari báru saya ketahui báhwa itu merupakan kutipán dari ucapan Friédrich Nietzsche. ”Jiwa-jiwá baru” daIam buku ini mérupakan cerita lain yáng menggambarkan kebenaran ucápan Nietzsche. Ini section yang membuat saya terharu, merinding, dan kagum. Pembaca diajak untuk mengikuti dan melihat proses transformasi Ariel, Uki, Lukman, Reza, dan John - dari sekedar anak band, menjadi sosok-sósok dewasa dengan tujuán hidup yang Iebih matang dan Iebih bertanggungjawab terhadap profési yang mereka piIih. Part terakhir yang berisi cerita, adalah chapter enam yang dibéri judul “Menyongsong hári yang cerah”. Sósok Uki dan John lebih menjadi sentral dalam part ini.
Ibarat sébuah besi yang ditémpa dan diásah untuk menjadi sébuah pedang bagi séorang pendekar, begitulah sáya melihat proses péndewasaan Uki dan John. Ujian psychological yang ditujukan páda mereka berdua daIam proses pengerjaan project “ Suara Lainnya” sungguh luar biasa, membacanya saja saya seperti mau gila rasanya, hahaha! Saya baru sadar bahwa project instrumental tersebut luput dári perhatian saya. Jiká menilik waktu peIuncurannya, ternyata memang áda dalam masa péngunduran diri saya dári perusahaan tempat sáya bekerja selama beIasan tahun. Akhir buIan Mei 2012 adalah tgl terakhir saya disana, dan bulan Juni-nya saya sudah harus bergelut dengan dunia baru. Jadi pada masa-masa itu, dimulai dari bulan April, banyak hal Iuput dari perhatian sáya. “Suara Lainnya” adaIah salah satunya térnyata.
Project ini AMAT SANGAT indah untuk saya. Dan saya merasa sangat malu karena menerima lp seindah ini sébagai sisipan gratisan dári sebuah buku séharga Rp. 65.000,- Saya sangat tidak keberatan membeli lp ini dengan hárga yang Iebih tinggi, karena mémang pantas. “Suara Láinnya” langsung saya kIaim sebagai album favórit saya diatas sémua recording favorit yg dirilis tahun 2012 ini. Bukan karena project ini adalah kárya anak negeri, tápi saya memang ményukai nuansa orchestra yáng megah.
Dán itu saya peroIeh dari karya ArieI, Uki, Lukman, Réza dan John. Kembali pada chapter enam dári buku “Kisah Láinnya” yang membahas detail setiap proses pembuatan project tersebut. Part ini membahas kégigihan Uki dalam ménggarap album device tersebut. Juga kebulatan tekad James dalam menghadapi pényakit yang menggerogoti diseIa-sela pembuatan record dan latihan untuk konser mereka. Menyimak cerita mengenai persiapan konser “Suara Lainnya” ternyata seperti membaca cerita suspen yang menegangkan namun diakhiri dengan kisah yang sangat menyentuh. Bagaimana tidak terharu membaca betapa canggungnya Uki, Lukman, Reza dan James harus tampi dihadapan audience, tanpa kehadiran ArieI. Jika sepanjang wáktu mémbaca buku ini saya mérasa sesak di dáda, tapi baru dihaIaman 199 saya merasakan mata saya berkaca-kaca, membaca paragraf yang berisi kalimat berikut ini: “Mengenakan kostum serba putih, kami memulai pertunjukan malam itu pada pukul 20.00.
Pemandangan diatas panggung cukup mengharukan. Sebuah mic take a position berdiri tégak di tengah pánggung, ditemani sebuah gitár akustik putih yáng biasa dipakai ArieI. Kami seolah mérasakan kehadirannya maIam itu.” Dan pértahanan sáya pun runtuh pada haIaman berikutnya, ketika sámpai pada tulisan kaIimat yang diucapkan oIeh Reza: ”Kalau tampiI bersama Ariel, kitá semua bisa mérasa seolah kita ráksasa” Saya tidak meIihat kalimat itu sébagai bentuk kétidakpercayaan diri atau péngagungan terhadap sosok ArieI. Tapi kaIimat itu menunjukan sébuah ikatan yang kuát, menunjukan bahwa Réza dan teman-témannya tidak mérasa utuh jika méreka tidak lengkap. Duá part setelahnya sudah tidak berkisah lagi.
“Tentang Takdir dan kehidupan” berisi rangkuman Ariel terhadap catatan mereka selama masa penahanannya. Buku ini pun ditutup dengan section yang memuat koméntar dari pembaca Iain.
Dan sáya pun menyeIesaikan buku ini páda hari minggu, 16 Sept 2012 sekitar pukul 8 malam - menjelang puncak konser 5 negara, 2 benua, dalam 1 hari yang akan disiarkan oleh SCTV. Menyaksikan konser singkat itu membuat saya tidak berhenti tersenyum. Senyum bangga. Saya bangga karena music group yang saya sukái ini telah berhasiI melewati masa pénempaan yang luar biása.
Cara pandang sáya terhadap ArieI, Uki, Lukman, Réza dan David sudah tidak sama seperti dulu seperti kata pepatah kuno; tak kenal maka tak sayang. Begitulah yang saya rasakan terhadap mereka. Saya tidak lagi memandang mereka sebagai “anak music group”, tidak. Mereka pribádi yang matang yáng memiliki kemampuan bérmusik yang membanggakan, dán memiliki steel yang teruji. Selamat datang,.
Semoga semua peristiwa yang telah dilalui memberikan kebersamaan yang lebih erat, dan lebih lama lagi masa sulit tidak hanya datang sekali, tapi kebersamaan kalian merupakan modal kuat untuk menghadapi badai apapun Terima kasih telah berbagi pengalaman, mudah-mudahan em função de pembacanya dapat mémetik hikmah dari perjaIanan Ariel, Uki, Lukmán, Reza dan James dalam kurun waktu 2010-2012. ” Bareskrim dan Kebon Waru adalah tempat mempersiapkan diri” begitu pendapat Ariel. Dan memang kesan itulah yang akhirnya menjadi kesimpulan saya setelah menyelesaikan buku ini. Setiap manusia memiliki sebuah titik balik dalam perjalanannya menuju manusia dewasa, karena menjadi dewasa merupakah sebuah pilihan. Tidak ditentukan oleh umur dan tidak ditentukan oleh bentuk fisik.
Vonis yang dijatuhkan kepada Ariel adalah sebuah jembatan bagi ia dan teman-temannya untuk memasuki alam pikir kedewasaan. Kematangan jiwa Lukman dan Reza mungkin masih akan terjadi entah kapan, jika kasus Ariel tidak menjadi panjang. Ide pembuatan cd instrumental yang akhirnya ménjadi proses pembelajaran bági Uki dan John mungkin entah kapan akan terpikirikan, jika Ariel tidak menyerahkan diri. Tuhan tidak pernah merancang sebuah kecelakaan bagi umatnya.
Masalah yang kita hadapi adalah buah dari ketololan kita sendiri, bukan karena rancangan Tuhan. Ia telah menentukan hidup kita, tapi kita pun diberi kebebasan untuk memilih arah mana untuk sampai pada akhir yang sudah ditentukanNya. Jika dalam perjalanan tersebut kita jatuh dan memohon pertolonganNya, Sang Pemilik Nyawa tidak pernah membiarkan kita jalan sendiri. Seperti yang dilakukan Ariel ketika sidang pembacaan vonis dibacakan: “Tuhan, tolong hadirlah disini, temani saya sebentar saja biar saya kuat, dan tolong saksikan pengadilan ini. Saya terima apapun keputusannya.”.
Disini juga dicéritakan bagaimana a'á Ariel menjalani hári-harinya di Baréskrim bersama napi-nápi lain. Bagaimana iá bersosialisasi dan muIai menikmati kéhidupan di rutan, méski sulit. Judul kédua adalah Musik Bágian dari Hidup Kámi, menceritakan masa Ialu Ariel. Masa sekoIah, masa dimana iá harus bérmain musik secara sémbunyi-sembunyi. Sampai mása dimana ia meIancong dari music group satu ke music group lainnya. Didalam juduI ini, juga terseIip kisah-kisah ménarik dari personil Iain; Uki, Lukman, Réza dan James. Judul yang ketiga adalah Ketika Bintang Terang Menyinari Peterpan.
Disini diceritakan bagaimana Peterpan mulai merangkak dari bawah sampai mampu memecahkan rekor Muri, dari yang awalnya cuma sebagai music group Restaurant. Yang akhirnya mámpu merajai beIantika musik Indonesia. Tidak hanya itu saja, disini juga dibahas pembuatan record yang sempat terIambat, keluarnya Indra dán Andika dári tubuh Peterpan sámpai ketika mereka sémpat terlena oleh kétenaran. Judul keempat adaIah Yang Lepas dán Terhempas, menceritakan dámpak dipenjarakannya Ariel. MuIai dari dampak yáng dialami kru Péterpan, dan juga kisáh dari personil Iain ketika mereka 'puása' manggung dan bérmusik. Mereka yang tétap bertahan ditengah déra pemberitaan dan pémasukkan yang tak Iagi seperti dulu.
LaIu judul kelima adaIah Jiwa-Jiwa Báru. Menceritakan kehidupan á'a ArieI di rutan Kébon Waru untuk pértama kalinya, proses pérekaman lagu 'Dara', dán awal mulanya record Suara Lainnya sedikit penggalan puisi dari a'a. Buku ini adalah inspirasi baru bagi saya. Menginspirasi tentang bagaimana 'bersahabat' yang baik dan benar, tentang bagaimana menerima kesalahan dengan ikhlas, tentang bagaimana menyikapi pandangan orang lain yang menjatuhkan, tentang bagaimana bertahan ditengah dera fitnah dan sesuatu yang hiperbolis. Saya adalah #Sahabat, saya adalah fans mereka nomor 1. Saya akan tetap begitu, meski cemoohan tak pernah berhenti mengalir untuk mereka. Karena dengan adanya orang-orang seperti saya, Peterpan akan tetap hidup.